SELAMAT DATANG DI TEMPAT KESATRIA BERCELOTEH... ^_^

Senin, Februari 14, 2011

ID Card Kesehatan

Mengutip pernyataan UN FAO

daging merupakan komoditi penghasil emisi karbondioksida paling tinggi (20%).
Ini bahkan melampaui jumlah emisi gabungan dari semua kendaraan di dunia.
Karena ternyata industri ternak telah menghasilkan 9% racun karbondioksida, 65% nitrooksida, dan 37% gas metana.
Selain itu, industri ternak juga memerlukan banyak energi untuk mengubah ternak menjadi daging siap konsumsi.
Untuk memproduksi 1 kg daging saja misalnya, dihasilkan emisi karbondioksida 36,4 kilo.


padahal fakta lain menunjukkan bahwa Daging sapi merupakan sumber protein, zat besi, dan seng yang berfungsi untuk pertumbuhan sel otak, sumber vitamin B12 yang berguna untuk daya ingat, serta aliran listrik dalam otak, dan omega 3 untuk kecerdasan otak.
Jadi yang menjadi solusi adalah bagaimana regulasi di dalam mengontrol konsumsi daging itu sendiri.
Bukan pelarangan, karena jika konsumsi terhedap hewan ternak dilaksanakan, akan menimbulkan dampak yang luar biasa di masyarakat.

Bagaimana meregulasikan makanan tersebut?
Jika hal ini didengar oleh pemerintah yang harus dilakukan adalah menganalisa jumlah kebutuhan daging yang tepat untuk tubuh, kemudian mengkampanyekan demi kesehatan dan demi menyelamatkan planet ini.

Bagaimana realisasi?
Hal ini lebih tepatnya jika pemerintah sendiri yang merumuskan bagaimana solusi yang terbaik dan efektif di lapangan.
Hanya saja kesatria ingin berpendapat sedikit ekstrim, bahwa nanti KTP atau ID card harus terintregasi dengan hal-hal yang berkaitan.
Semisal, suatu saat nanti ketika kita membeli makanan disuatu tempat, kita diwajibkan menunjukkan ID card kesehatan atau KTP yang telah terintegrasi dengan ID card kesehatan tersebut.
Pada intinya fungsi ID card tersebut adalah sebagai data record.
Ketika pola konsumsi kita dirasa membahayakan, maka akan ada peringatan dan jika telah diatas ambang normal kewajaran maka kita tidak akan bisa membeli jenis makanan tertentu, dan penerapannya harus pula terintegrasi dengan tempat kita membeli makanan.
Ini hanya sebatas gambaran imajinasi kesatria, mengenai realisasi yang mungkin sangat rumit dan membutuhkan dana maupun sumber daya manusia yang memadai, kesatria kembalikan kepada pemegang kewenangan di negeri ini.
Namun jika kita kembali berpikir tentang kesehatan masyarakat secara umum dan demi menyelamatkan Bumi ini, maka berapapun nilainya akan terasa sangat murah.

Efek jika "imajinasi" kesatria diterapkan adalah sebagi berikut :
1. Pola pikir masyarakat terhadap pola hidup sehat akan semakin baik.
2. Tingkat kesehatan masyarakat meningkat.
3. Dunia sedikit bernafas lega, akibat penurunan emisi gas karbon dari hewan.

Bagaimana dengan warung atau tempat makan yang tidak menyediakan fasilitas cek ID card kesehatan?
ID card ini harus bisa juga dijalankan di ATM, jadi ketika kita kesulitan mendapat akses tempat yang telah menjadi partner kesehatan ini, kita bisa cek kesehatan di ATM terdekat.

Bagaimana dengan pola makan yang diluar jangkauan system ini?
Fasilitas berikut yang harus support adalah di tiap puskesmas, apotek, apalagi rumah sakit harus menyediakan fasilitas cek darah gratis.

Yang menjadi pertanyaan dari kesatria sendiri adalah, akankah ini terealisasi?
Mustahilkah?
Silahkan renungkan!

Demi kesehatan dan Bumi tercinta.
Salam hangat dari kesatria cyber,

sumber pendukung artikel :
http://www.harian-global.com/index.php?option=com_content&view=article&id=25238%3Avegetarian-dan-global-warming&Itemid=69
http://bataviase.co.id/node/121125

artikel ini dibuat dengan salah satu tujuan mengikuti writing contest yang Bertajuk “Beat BlogContest”, yaitu kontes penulisan blog. Tahun ini mengangkat tema soal lingkungan hidup, dengan tagline “Green Your Mind!”


0 comments:

Posting Komentar