SELAMAT DATANG DI TEMPAT KESATRIA BERCELOTEH... ^_^

Selasa, Februari 15, 2011

Agamaku Dipertaruhkan


18 Desember 2010,
sepenggal cerita di hari sabtu

tentang sebuah pertaruhan yang teramat menakutkan bagiku

berawal di sabtu pagi
sekitar pukul 11 lewat, aku melihat salah seorang dari pelatih seni di tempat baru ku,
berupaya memindahkan sebuah panggung kecil yang terbuat dari kayu
tak ada seorang pun yang turut serta membantu, padahal ada 4 orang di dalamnya termasuk aku,
namun diantaranya ada yang tidur, ada pula yang asik mendengar lantunan musik dengan handsfree di telinga
semua sangat menikmati aktifitasnya
kecuali aku, melihat sosok tua sang pelatih, aku pun tak tega,,,
aku condongkan sebuah papan hitam dengan maksud agar bapak pelatih dapak dengan mudah mengambil panggung kecil itu
tak sengaja aku gulingkan sebuah benda seni yang aneh menurutku,
aku ambil dan aku melihat di benda seni itu tertancap dupa yang tengah terbakar api,
hatiku riuh redam,,,
aku bukan muslim yang begitu salih, tapi aku tahu ini bukan hal yang benar
tapi apa pun itu, ya sudahlah, mau saya apakan?
saya banting keluar? saya siram dengan air seember?
malah jadi masalah, sementara saya orang baru di sana



aku ingat, matahari telah lengser dari arah atas,
mungkin sebelumnya aku masih bisa menunaikan kewajibanku di tempat yang memungkinkan,
tapi berhubung semua tempat ramai dan penuh suara dangdut koplo,
akankah aku khusuk di hadapan-Nya???
beruntung aku ingat ikan-ikanku dirumah yang kelaparan
sudah 2 hari lebih aku telantarkan, tak ku beri makan
akhirnya aku bergegas ke pasar ikan bersama salah seorang sahabat baruku
setelah membeli cacing rambut di pasar ikan, aku pulang
menenangkan diri dan menikmati sujud kening ini di hadapan-Nya
Alhamdulillah...

sore hari setelah shalat Ashar, segera ku lumuri wajah polos ini dengan pewarna hitam semacam maskara,
karena sebentar lagi aku akan tampil memerankan seorang body guard yang garang,
berangkatlah aku dengan sebuah tas lengkap dengan alat tulis dan alatku menikmati jamuan di hadapan Sang Penguasa alam ini
sesampainya di tempatku belajar tentang seni, aku sempat naik darah,,,
dari awal aku telah bertanya tentang kejelasan acara,
tapi seolah mengentengkan, aku pun mengamini
hingga sesampainya di tempatku ber-acting ku lihat langit sore mulai meredup
aku pun bertanya lagi kepada salah seorang yang berkentingan dengan acara ini,
"jam berapakah sebenarnya acara di mulai?"
jawab beliau, "sebentar lagi, habis ini...dst"
sampailah suara adzan mahgrib ini dipendengaranku,
namun tak kunjung ku lihat tanda-tanda dimulainya waktu berakting,
hingga setidaknya 2 kali aku bertanya kembali pada beliau tentang dimulainya waktu akting
hingga waktu menunjukkan pukul 6.30 sore,,,
,,,
akhirnya inilah saatnya,,,
aku khawatir sewaktu memulai beradegan,
bukan khawatir penampilanku jelek di depan penonton,
tapi khawatir akan waktuku bersembah sujud di hadapan-Nya,
hingga aku pun berpesan pada beliau tadi, mohon ijin setelah berakting untuk menempati sebuah kamar kecil yang ada di sudut rumah ini,
namun beliau memberikan opsi yaitu bersedia mengantarkanku ke masjid,
saya ucapkan dalam hati terimakasih pak, walau kita beda tapi Anda sungguh menghargaiku layaknya tamu kehormatan

tibalah giliranku memasuki ruangan yang tak begitu luas namun memanjang,
hingga pada pertengahan adegan aku berulah,
tanpa sengaja aku pecahkan hiasan gelas yang ada di samping sebuah pohon natal,
krompiang,,, piar,,,
semua mata tertuju kepadaku dan pecahan gelas-gelas,
sungguh aku tergesa-gesa sewaktu adegan berlari, aku teringat mahgrib,
aku ingin menyegerakan adegan demi adegan yang tersisa,
aku tak tahu apa yang mesti aku jawab nanti di akhirat, sekiranya aku lebih mementingkan akting dalam rangka memeriahkan ibadah agama lain
dibandingkan menjaga shalatku
aku malu pada malaikat-malaikat yang senantiasa menuliskan tiap apa yang aku lakukan

belum berakhir adegan yang aku lakukan
aku meminta ijin untuk meninggalkan tempat,
diantarlah aku oleh beliau tadi ke mesjid yang tak jauh dari rumah, tak lebih dari setengah kilo meter
setelah selesai aku kembali dengan berjalan kaki,
aku tak mau lagi menambah beban bagi orang-orang yang telah aku kecewakan
sesampainya di rumah tadi, aku terdiam hanya meneguk segelas air mineral kemasan,
diam dan diam sembari merenungi apa yang telah aku lakukan,

sekembalinya di tempat seni, aku hanya terdiam
rencana berubah, awalnya aku ingin mudik sebentar ke kampung halamanku, blitar
tapi tak bisa, sepeda motorku terjebak di antara sepeda yang lain,
ya sudahlah,,,

akhirnya aku memilih untuk memasuki sebuah ruangan yang telah banyak di antaranya teman-teman yang sedang istirahat,
berbincang, bernyanyi, sedikit banyak dapat menghibur gundah gulana di hatiku,
namun tiba-tiba ada seseorang yang "sok" kenal menghampiriku,
menawarkanku secangkir air bening kepadaku,
sesungguhnya tenggorakan ku kering, tapi entah mengapa aku menolak, dan dia pun memaksa
aku pun terima tapi aku letakkan di lantai,
seperti biasa, kebiasanku selalu mencium aroma sesuatu yang ada di sekitarku
begitu pula dengan air yang melekat di jemariku setelah menerima secangkir air tadi,
setelah kucium, bau menyengat yang ku hirup,
dengan nada meninggi, ku katakan padanya, "maaf mas, saya g minum minuman seperti ini..."
setelah itu salah seorang teman baru ku, meminumnya setengah cangkir,
aku tahu dia tahu dan memang sengaja,
segera aku berkemas dan meninggalkan tempat,
belum reda emosiku, sedari pagi, siang, sore, dan malam,

lidahku kelu,
aku merasa sedang memepertaruhkan agamku,

aku cukup bahagia menemukan teman-teman baru, yang mampu membuat bibir ini tersenyum bahagia
tapi sungguh, aku lebih bahagia mampu menjaga dien ini tetap berkibar dalam dada,,,


(by kesatria cyber)
diangkat dari kisah nyata sang kesatria

2 comments:

oot, terakhir posting mei ya? kenapa hiatus?
tulisannya bagus.. ditunggu artikel2 terbarunya ya..
saya suka cara berfikir Anda, Bro..

he..9x

makasih2,,, kalo inget kisah ini aku pengen nangis, marah, bahagia,,, sulit sebenernya untuk dituangkan dalam kata2, terlalu riuh redam,

(-_-)'

Posting Komentar